Suku kuno yang memuja Thunderbird,
Dukun tua memakai mahkota ini.
Thunderbird terbang melewati badai, menghujani tanah dengan petir ungu dan hujan.
Suku kuno takut akan kekuatannya dan berterima kasih akan berkatnya,
Dukun dipilih untuk memberikan persembahan darah kepadanya demi perlindungan dan pengampunan.
Thunderbird tetaplah seorang monster yang tidak peduli akan pemujaan dari manusia.
Orang-orang tidak sadar, dan masih menganggap tindakan Thunderbird sebagai amanat ilahi.
Namun petir adalah napasnya, sama seperti takdir orang-orang.
Dari langit, manusia tidak berbeda dari binatang.
Sampai suatu hari nyanyian membelah melalui badai,
Nyanyian yang merobek awan, dan memberikan cahaya.